Hipotesis dapat didefinisikan sebagai
pernyataan mengenai satu atau beberapapopulasi. Secara umum dapat
dibedakan hipotesis atas : hipotesis riset dan hipotesis statistik.
Hipotesis riset adalah hipotesis yang dirumuskan oleh seorang peneliti
ahli (sample surveyor atau experimenter) yang biasanya bukan seorang
ahli statistika. Sedangkan hipotesis statistik adalah hipotesis yang
yang dirumuskan dengan statistika. Ada dua macam hipotesis statistik,
yakni hipotesis nol (null hypothesis) yang dinotasikan dengan H0 dan
hipotesis tandingan (alternative hypothesis) atau hipotesis alternatif
atau hipotesis satu yang dinotasikan dengan Ha atau H1.
Langkah pertama dalam prosedur pembuatan
keputusan adalah menyatakan hipotesis nol-nya (H0). Hipotesis nol ini
adalah suatu hipotesis tentang tidak adanya perbedaan. Hipotesis ini
pada umumnya diformulasikan untuk ditolak. Apabila ditolak, maka
hipotesis tandingan atau hipotesis alternatif atau hipotesis satu (Ha
atau H1) yang diterima. Hipotesis pengganti ini merupakan hipotesis
penelitian dari si pembuat eksperimen, yang dinyatakan secara
operasional. Hipotesis penelitian adalah prediksi yang diturunkan dari
teori yangsedang diuji. Bila dikehendaki membuat keputusan mengenai
perbedan-perbedaan, diuji H0 terhadap H1 , maka H1 merupakan pernyataan
yang diterima jika H0 ditolak.
Uji hipotesis bisa dua sisi
(two-sided/two-tailed/nondirectional ; tanpa arah/dwiarah), bisa pula
satu sisi (one-sided/one-tailed/directional ; searah/satu arah). Yang
berikut ini adalah contoh pernyataan hipotesis nol dan hipotesis
tandingannya bila parameter-parameter yang ingin diketahui adalah
rata-rata populasi m1 untuk populasi 1, dan rata-rata populasi m2 untuk
populasi 2, dengan pengujian yang bersifat dua sisi :
H0 : m1 = m2 H1 : m1 ¹ m2
Di sini hipotesis nol menyatakan bahwa
rata-rata kedua populasi itu sama, sedangkan hipotesis tandingannya
menyatakan bahwa rata-rata keduanya tidak sama (berbeda). Dalam hal ini
seorang peneliti bisa bertanya, “Dapatkah saya menyimpulkan bahwa kedua
populasi itu memiliki rata-rata yang berbeda ?”. Peneliti itu mungkin
merasa bahwa pertanyaannya akan lebih berarti bila berbunyi sebagai
berikut, “Dapatkah saya menyimpulkan bahwa populasi 1 memiliki rata-rata
yang lebih besar/lebih baik daripada populasi 2 ?”. Dalam hal ini, si
peneliti melakukan suatu uji satu sisi, dan dengan demikian hipotesis
nol serta hipotesis tandingannya adalah :
H0 : m1 = m2 atau m1 £ m2 H1 : m1 > m2
Peneliti boleh pula mengajukan pertanyaan
yang mengarah ke uji satu sisi sedemikian hingga hipotesis-hipotesis
statistiknya adalah
H0 : m1 = m2 atau m1 ³ m2 H1 : m1 < m2
Dalam hal ini si peneliti mempunyai
pertanyaan sebagai berikut, “Dapatkah saya menyimpulkan bahwa populasi 1
memiliki rata-rata yang lebih kecil/lebih jelek daripada populasi 2 ?”.
Dari data sampel yang teramati, dapat dihitung harga statistik ujinya
dan bertanya, “Apakah nilai ini luar biasa ekstrem (entah sangat besar
aaatau sangat kecil) jika H0 benar ?” Dengan kata lain, apakah besar
nilai statistik uji hasil perhitungan cukup ekstrem sehingga hipotesis
nolnya pantas ditolak. Sebelum memeriksa data sampel, banyak pengambil
keputusan yang merumuskan kaidah pengambilan keputusan terlebih dahulu.
Kaidah ini mengatakan sesuai dengan hukum sebab-akibat, bahwa pengambil
keputusan akan menolak H0 bila probabilitas untuk mendapatkan suatu
harga statistik uji yang besarnya tertentu atau lebih ekstrem -–bila H0
benar— sama dengan atau kurang dari suatu bilangan kecil a (taraf nyata
atau level of significance). Bila orang menggunakan pendekatan kaidah
pengambilan keputusan biasanya memilih a sebesar 0,05 atau 0,01 atau
kadang-kadang sebesar 0,10.
Nilai kritis (critical value) suatu
statistik uji adalah nilai yang begitu ekstrem sehingga probabilitas
untuk mendapatkan nilai tersebut atau yang lebih ekstrem, bila H0 benar,
sama dengan a. Dengan demikian bahwa dalam kaidah pengambilan keputusan
(decesion rule) dapat dinyatakan menurut nilai-nilai kritis. Sebagai
contoh, dalam suatu uji satu sisi kaidah pengambilan keputusan
memutuskan bahwa menolak H0 jika nilai statistik uji hasil perhitungan
lebih ekstrem (entah lebih besar atau lebih kecil, bergantung pada arah
hipotesis tandingan) daripada nilai kritis. Dalam uji dua sisi akan
dihadapi dua nilai kritis, sehingga dalam kaidah pengambilan keputusan
memutuskan bahwa menolak H0 jika nilai statistik uji hasil
perhitungan lebih besar daripada nilai kritis yang besar atau
lebih kecil daripada nilai kritis yang kecil.
Secara singkat nya kana
BalasHapus